Polemik 1 Syawal 1432 H


Bagi umat Islam Indonesia hari raya Idul Fitri adalah momen yang sangat special. Selain dianggap sebagai hari kemenangan setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh, hari raya idul Fitri juga dijadikan ajang silaturrahmi, saling bermaafan yang satu dengan yang lainnya. Tidak lama lagi umat Islam akan merayakan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 H. Sudah berulang kali umat Islam Indonesia mengalami perbedaan penetapan awal bulan hijriyyah termasuk 1 syawal, , hanya saja perbedaan yang terjadi belakangan ini, umat Islam sudah lebih dewasa menyikapinya.
            Sesungguhnya perbedaan perbedaan di kalangan umat Islam selalu ada dan terkadang sulit untuk dihindari. Hanya saja perbedaan dalam penetapan 1 Syawal, akan kita saksikan pemandangan yang sangat kontras dalam masyarakat Islam., yaitu sebagaian umat Islam  sudah bertakbir, sholat sunnat Idul Fitri, makan dan minum, sementara itu kita saksikan sebagaian umat Islam yang lain masih menjalankan ibadah puasa Ramadlan. Bila tidak bersikap dewasa dalam menghadapi perbedaan, tidak menutup kemungkinan perbedaan penetapan 1 Syawal sebagaian umat Islam bisa saling menyalahkan, bahkan bias saling mengharamkan, yang sebenarnya sikap-sikap semacam itu haruslah dihindari.
             Apakah sebagaian umat Islam Indonesia akan merayakan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 H, berbeda dengan sebagaian umat Islam lainnya ? Tidak menutup kemungkinan perbedaan itu akan  terjadi. Apabila perbedaan itu tidak disikapi secara dewasa akan menodai ukhuwwah Islamiyyah yang selama ini telah dipupuk dan dipelihara.
        Ada hadits yang menerangkan bahwa , pada  zaman Rasulullah SAW, apabila di antara para sahabat sudah ada yang berhasil melihat bulan dan kemudian dilaporkan kepadanya, maka Rasulullah SAW menetapkan bahwa pada saat itu sudah  masuk 1 Syawal dan esok harinya sudah diharamkan untuk berpuasa, dan jakalau di antara sahabat belum ada yang melihat bulan, maka Rasulullah memerintahkan untuk menggenapkan puasa menjadi tiga puluh hari. Dari peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah ini, maka sebagaian umat Islam berpedoman bahwa rukyat (melihat bulan) sebagai sistem dalam menetapkan kapan jatuhnya 1 Syawal.
         Sementara itu, sebagaian umat Islam lainnya menjadikan  hisab  sebagai system  penetapan 1 Syawal. Menjadikan hisab sebagai system, karena hisab adalah sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan yang menggunakan perhitungan- perhitungan matematis dan dianggap dapat memprediksi kapan jatuhnya awal bulan hijriyyah, termasuk 1 Syawal. Dengan demikian tidak harus terpaku dengan sitem rukyat , pada jaman Rasulullah SAW, menggunakan rukyat ,karena ilmu pengetahuan belum berkembang seperti era sekarang ini. Dewasa ini ada beberapa sistem hisab dan data-datanya yang berkembang di kalangan masyarakat, yaitu Hisab Hakiki, Al Khulashah Al Wafiyah, Nurul Anwar, Menara Kudus, Islamic Calender, Almanak Nautika, New Comb,Jean Mecus . Disamping itu ada Al Qawaidul Falakiyah, Fathur Rauful Manan, Sullamun Nayyirani.
           Memang cukup rumit untuk mengurai sebab perbedaan dalam menentukan awal bulan hijriyah termasuk 1 Syawal. Menurut pengamatan penulis,sebagaian besar perbedaan yang terjadi dalam menentukan awal bulan hijriyyah tidak semata- mata hanya menyangkut apakah menggunakan rukyat atau hisab. Karena dalam prakteknya rukyat yang dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau ormas Nahdlatul Ulamak, sebelum melakukan rukyat juga menggunakan data-data ilmu hisab, hanya finalnya ada di rukyat, apakah bulan dapat dilihat atau belum. Sedangkan ormas Muhammadyah menggunakan hisab "murni" tanpa rukyat dengan mata telanjang ataupun menggunakan peralatan .Sepanjang menurut perhitungan hisab hakiki hilal sudah wujud, maka sudah masuk awal bulan. Tentu hal ini tidak menafikan sebab-sebab perbedaan lain di kalangan masyarakat. Misalnya ada yang menetapkan berdasarkan tanda-tanda alam dan lain sebagainya, termasuk wilayah Republik Indonesia ini apakah termasuk satu wilayah hukum atau tidak.
           Pimpinan Wilayah Muhammadyah Jawa Timur, menjelaskan berdasarkan hisab hakiki, dengan markas Tanjung Kodok ijtima' akhir Ramadlan 1432 H. terjadi pada hari Senin, 29 Agustus 2011 bertepatan dengan tanggal 29 Ramadlan 1432 H. antara pukul  10 :04 :03 sampai pukul 10.05.16. Pada saat matahari terbenam hari itu pukul 17:30:53 hilal sudah wujud dengan ketinggian 1derajat 55 menit 11 detik. Karena hilal sudah wujud tanpa menyoal berapa ketinggian hilal saat itu, esok harinya  dapat diprediksi bahkan dapat dipastikan yaitu selasa, 30 Agustus 2011  menurut Muhammadyah sudah hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 H.
            Adapun berdasarkan hisab yang dilakukan Kementrian Agama Kabupaten Gresik, yang telah mendaftarkan permohonan Itsbat Hasil Rukyat Hilal di Pengadilan Agama Gresik, Ijtima' akhir Ramadlan 1432 H terjadi pada hari Senin Wage,29 Agustus 2011 M, pada pukul 10 :04 :03. Pada saat matahari terbenam pukul 17: 30 : 50 WIB, ketinggian hilal Haqiqi (Geocenitrik ) 01 derajat 41 menit 15 detik dan ketinggian hilal Mar'iy ( Topocentrik). Sekalipun hilal sudah wujud, tidak berarti menurut Kementrian Agama esok harinya sudah hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1432H, akan tetapi perlu dilakukan rukyat. Apabila hila berhasil dirukyat esok harinya, Selasa. 30 Agustus 2011, jatuhnya  1 Syawal 1432H. dan apabila hilal tidak dapat dirukyat, maka puasa Ramadlan diistikmalkan menjadi 30 hari, ini berarti Rabo, 31 Agustus 2011 M, baru jatuhnya 1 Syawal 1432H. Agaknya, untuk dengan ketinggian di bawah ketinggian 2 derajat,  untuk wilayah Republik Indonesia, tidak mudah untuk dapat berhasil merukyat hilal, namun keberhasilan merukyat bukan sesuatu yang mustahil.
          Dengan demikian tanpa mengurangi rasa optimis untuk berhari raya secara bersamaan, dapat diprediksi,bahwa kapan jatuhnya 1 Syawal 1432H, masih diwarnai perbedaan. Sebagaian umat Islam Indonesia akan berhari raya Idul Fitri 1432H, pada hari Selasa 30 Agustus 2011, dan jika hilal tidak berhasil dirukyat , sebagaiannya akan berhari raya pada hari Rabo, 31 Agustus 2011.Sebenarnya pemerintah telah mengikhtiarkan untuk berhari raya secara bersama-sama. Setiap tahunnya diselenggarakan sidang itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama. Dalam sidang itsbat ini biasanya diundang berbagai macam unsur, misalnya wakil ormas Islam, MUI, para ahli hisab dan para ahli disiplin ilmu lainnya, misalnya dari Planetarium, Dinas Aseonografi,Meteorologi dan Geofisika. Dalam sidang itsbat ini ditetapkan kapan jatuhnya 1 Syawal, yang kemudian diumumkan kepada masyarakat sebagai pengumuman resmi pemerintah. Dan berbagai seminarpun sering digelar ,guna mengantisipasi adanya perbedaan. Namun perbedaan itu selalu terjadi, dan hal itu sah-sah saja di Republik ini.
         Kalau toh seandainya mengenai kapan jatuhnya 1 Syawal 1432H mendatang benar terjadi perbedaan, yang berarti akan ada hari raya kembar, seperti yang pernah terjadi pada waktu-waktu yang lalu, maka yang diperlukan adalah adanya keasadaran dari umat Islam itu sendiri, agar dalam menghadapi perbedaan ini  dapat mengendalikan diri dan tidak merasa pendapatnyalah yang paling benar dan pendapat lainnya adalah salah. Bila umat Islam menyadari akan adanya perbedaan tersebut, tidak akan kita saksikan adanya pemandangan saling mengejek, saling menyalahkan dan saling mengharamkan. Kita jadikan perbedaan sebagai rahmat tidak sebagai pemicu perpecahan antar umat. Wallau A'lam

article source : pa-kotamadiun.go.id
images source : rukyatulhilal.org

0 komentar:

Posting Komentar

""