Tampilkan postingan dengan label Anda Harus Tahu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anda Harus Tahu. Tampilkan semua postingan

Asal-Usul Kata Prokem

Asal-Usul Kata-Kata Prokem
1. Asal-Usul Kata "Narsis"
Tahukah Anda apa itu narsis dan bagaimanakah asal-asalnya? Bahasan tentang narsisme sebenarnya tidak bisa lepas dari mitologi Yunani kuno. Berikut ini ceritanya.
Terkisah, ada seorang dewa bernama Narcissus dengan wajah yang sangat tampan. Banyak dewi-dewi yang jatuh cinta padanya, termasuk Dewi Echo. Suatu hari, Dewi Echo mengutarakan isi hatinya kepada Narcissus. Tetapi, lelaki ini mencampakkannya dengan kasar. Dewi Echo pun pergi dengan hati terluka sampai ajalnya tiba. Melihat hal itu, Dewa Apollo marah besar dan mengutuk sang dewa ganteng itu, bahwa hingga akhir hidupnya Narcissus tidak akan pernah mengetahui cinta manusianya. Kutukan pun menjadi kenyataan.
Suatu saat, ketika Narcissus kehausan, sampaliah ia di sebuah kolam yang airnya sangat jernih. Di tepi kolam itu, dia kemudian berjongkok dan ingin meminum airnya. Saat berjongkok, dia pun melihat bayangan dirinya di permukaan kolam itu. Ketika melihat bayangan dirinya yang tampan, Narcissus jatuh cinta pada bayangan itu. Namun, bayangan itu tidak memberinya respon sama sekali. Karena merasa tidak disambut cintanya, konon, akhirnya Narcissus mati di tepi kolam tersebut.
Sejak saat itu, seorang psikolog dari Inggris ber­nama Havelock Ellis, menjadikan Narcissus sebagal simbol orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri. Sejak itu pula, istilah narsistik menjadi cukup terke­nal untuk menggambarkan manusia yang hanya berfokus pada dirinya sendiri serta menikmati pujaan dari orang lain kepadanya. Orang-orang yang mempunyai sifat narsis, biasanya senang menjadi pusat perhatian dan senang membangga-banggakan dirinya secara berlebihan.
Orang narsis berbeda dengan orang percaya diri. Setiap hari orang narsis hanya membicarakan tentang kehebatan, kelebihan, dan selalu membutuhkan orang lain untuk memuja dirinya. Di sisi lain, dia mengeksploitasi orang lain agar se­lalu merasa bangga dan menyukai diri­nya. Pada saat orang mulai tidak tertarik kepadanya, dia akan segera mencari korban lain yang akan senang memberikan pujaan bagi dirinya.
""