Berburu Lailatul Qadar

Berburu Lailah al Qodr, Meraih Fitrah
Oleh : M. Junaidi Sahal
Tahun lalu, pada Ramadhan penuh berkah, pada malam-malam ganjilnya, sepuluh hari terakhir, sungguh penuh kenangan manis yang indah dan tak terlupakan. Pada malam-malam ganjil tersebut, sejak malam ke-21 hingga malam ke-25, banyak sekali ikhwa’/saudara seiman yang bergabung untuk beri’tikaf bersama di masjid-masjid jami’. Namun, semangat berburu lailatul qodr mengalami penurunan pada malam ke-27, dan menurun drastis pada malam ke-29, minimal hal itu bisa dilihat dari peserta i’tikaf yang mulai berkurang di berbagai masjid dikarenakan euphoria lebaran dan tradisi mudik telah menenggalamkan semangat berburu lailatul qodr pada malam-malam terakhir Romadlon tersebut.
Lailatul Qodr… Apakah itu ? Kapan terjadinya? Bagaimana meraihnya?Untuk apa diburu?. Tulisan singkat ini akan memaparkan jawabannya.
Dalam bahasa Al Qur’an, pertanyaan tentang lailatul qodr diungkap dengan redaksi “ Wa maa adraaka maa lailatul qodr”. Dan redaksi tersebut tidak digunakan oleh Al Qur’an kecuali menyangkut hal-hal besar dan hebat yang terkadang tidak mudah diketahui hakekatnya, seperti wa ma adraka mal qori’ah, wa ma adrakamahiyah, wa ma adrakamal huthomah dan sebagainya. Lihatlah semua pertanyaan dengan redaksi tersebut mempertanyakan sesuatu yang dahsyat dan terkadang sulit diketahui hakekatnya kecuali atas bantuan info dariAlloh ‘Azza wa Jalla.
Dan ketika pertanyaan tentang lailatul qodr juga menggunakan redaksi yang sama,maka itu adalah menunjukkan kehebatan dan kedalaman hakekatnya. Dan Alloh telah menjelaskan hakekatnya bahwa malam al qodr itu adalah malam yang sangat mulia, karena di malam itu bertepatan Al Qur’an turun sebagaimana Nabi SAW yang sangat mulia karena telah membawanya turun di hati manusia.Begitu mulianya sehingga yang beribadah di malam tersebut, nilai pahalanya setara dengan seribu bulan atau banyak sekali. Dan siapapun yang sebelumnya tidak memiliki kedudukan tinggi, akan mendapatkan kemuliaan apabila pada malam itu, mereka dengan khusyu’ beribadah seraya mengakui dosa-dosanya serta bertekad tidak mengulanginya lagi. Inilah makna pertama dari al qodr yaitu kemuliaan.
Yang kedua ada pula yang memaknai al qodr dengan penetapan. Malam al qodr adalah malam penetapan Alloh atas perjalanan hidup hambaNya setelah mendapatkan keteguhan jiwa untuk perjalanan hidupnya selama setahun.Sehingga siapapun yang telah beruntung mendapatkan malam al qodr berarti hati dan jasmaninya telah ditetapkan sebagai manusia yang bertakwa kepada Alloh.Dan dengan takwa itu seseorang dapat meraih fithrah/kesucian dalam hidupnya.
Yang ketiga, al qodr bisa bermakna sempit, yaitu pada malam tersebut ,berjuta-juta malaikat turun, sehingga bumi sangat dipenuhi oleh mereka seolah sempit. Ketika bumi telah penuh sesak oleh malaikat, maka setan dan iblis akan merasa sempit dan kesulitan untuk menjalankan tugas rutinnya, maka jadilah malam itu sangat berkah dan mulia bagi siapapun yang hendak meraih fitrah dalam hidupnya.Karena yang ada pada malam tersebut hanyalah kebajikan yang bersumber dari cahaya hati para malaikat.Yang kemudian merasuk kedalam hati manusia yang di malam itu berdzikir dan bermunajat kepada Alloh.
Karena makna-makna itulah malam al qodr banyak diburu orang-orang beriman.Bagi mereka,kehidupannya harus selalu berubah ke arah yang lebih baik yaitu kehidupan yang penuh fithrah dan keberkahan.Dan malam itu adalah momentum yang paling tepat untuk memulai perubahan tersebut.Banyak orang demi meraih kesempatan itu rela meninggalkan kenikmatan dunia yang selama ini mereka rasakan yaitu dengan sedikit tidur dan di waktu sahur atau penghujung malam mereka beristighfar kepadaNya.Inilah amalan yang di anjurkan Alloh dalam QS.Adz Dzariyat 17-18.Jadi,jika anda menginginkan kesempatan itu maka jangan banyak tidur dan dalam jaganya perbanyaklah istighfar kepadaNya serta ibadah lainnya.Dan akan lebih indah jika anda mengajak keluarga sekalian.
Malam al qodr itu dirahasiakan oleh Alloh SWT, dan nabi saw hanya memberikan petunjuk kepada ummatnya untuk berburu dan meraih fitrahnya pada malam-malam ganjil, sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. Namun,pada sebagian orang semangat berburu itu hanya berada pada awal malam-malam ganjil saja. Mereka di awal sangat bersemangat bahkan juga mengajak keluarganya untuk beri’tikaf di masjid. Tetapi ketika pada malam-malam terakhir yaitu misalnya malam ke-29, hampir semua masjid mengalami penyusutan peserta I’tikaf. Dan justru keramaian beralih di mal-mal dan supermarket pada plaza-plaza kota ,mereka tenggelam pada semangat menyambut lebaran dan lupa kebajikan di malam al qodr tersebut.
Banyak hadis atau riwayat dari nabi saw yang menyatakan bahwa penilaian Alloh swt terhadap kebajikan selalu pada hal-hal yang terakhir. Misalnya, kita dianjurkan untuk memohon kepadaNya agar husnal khotimah (akhir kehidupan yang baik), bukan awal kehidupan yang baik (husnal awwal). Atau ada hadis yang berbunyi,”man mata fi akhiri kalimatihi La ilaha illallah dakholal jannah, barangsiapa yang mati dan di akhir kalimatnya (sebelum kematian) berkata la ilaha ilallah, maka ia masuk surga. Perhatikan hadis tersebut, yang membuatnya masuk surga adalah kalimat yang terakhir. Demikian juga, pada malam hari adalah waktu yang baik untuk berdoa, tapi sepertiga yang terakhir di malam hari adalah waktu yang terbaik untuk berdoa.Dan sedurhakanya manusia kepada Alloh namun di akhir hayatnya ia bertaubat dan berbuat kebajikan untuk makhluk lainnya maka ia akan masuk surga,namun sebaliknya se ustad apapun dalam hidupnya jika di akhir hayatnya ia murtad dari islam – na’uzdu billah – maka akan masuk neraka. Dan banyak contoh lainnya.
Dari kajian tersebut tentang penilaian Alloh atas kebajikan terkait dengan hal-hal yang diakhir, maka penulis mengira dan menduga dengan kuat bahwa lailatul qodr pun ada di akhir pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadlan.
Pada saat banyak hamba-hamba yang beriman mengalami penurunan semangat untuk berburu malam al qodr karena sibuk dengan urusan dunia yang terkait lebaran atau tradisi mudik, justru disitulah Alloh menetapkan malam kemuliaan tersebut.
Oleh karena itu, kita harus benar-benar berburu dengan semangat tinggi hingga malam terakhir pada bulan suci Ramadlan supaya mendapatkan kemuliaan dan keberkahan malam al qodr itu.Konon,Nabi pun beri’tikaf hingga malam lebaran,dan beliau baru keluar masjid ketika akn melaksanakan sholat ‘id di tanah lapang pada pagi harinya.Bahkan kita akan mendapatkan ucapan salam mesra dari para malaikatNya, yang pada malam itu turun. Dan konon, efek salam mereka bagi yang mendapatkannya akan memunculkan ketenangan jiwa (salam, damai) hingga munculnya cahaya fajar dari barat (kiamat),artinya, efek itu akan terasa hingga kita di bangkitkan dari alam kubur. Dan pula, siapapun yang mendapatkan kemuliaan tersebut, akan mendapatkan fitrah, kesucian hati dan selalu berbahagia dihari yang fitri yaitu hari kemenangan atas kekuatan syetan. Amin.
Wallahu a’lam
sumber : dar-alkayyis.com

0 komentar:

Posting Komentar

""